dan Proses Sosialisasinya, 1970-2001
Studi atas Pembaruan Pemikiran Politik NU
Asep S. Muhtadi
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative
approach). Pendekatan ini dipandang relevan karena karakteristik masalahnya
yang unik dari realitas sosial dan dunia tingkah laku yang dapat mewakili
informasi atau data yang dianalisisnya. Melalui pendekatan kualitatif ini juga
dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan
dari sejumlah orang dan perilaku yang dapat diamati. Dari sisi kejamaahannya,
baik pada tingkat elit (elite level) maupun akar rumput (grassroot
level), organisasi massa NU merupakan lembaga komunitas keagamaan yang
memiliki keunikan tersendiri. Keunikan komunitas tersebut terutama bersumber
dari manusia beragama itu sendiri yang pada hakikatnya merupakan makhluk
psikis, sosial dan budaya. Ketika memerankan fungsi-fungsi sosial politik,
misalnya, mereka tidak bisa menyandarkan
tindakannya hanya atas etika sosial politik yang berlaku dan disepakati, tetapi
juga selalu terikat pada doktrin-doktrin ajaran agama anutannya.
Selain
itu, untuk menemukan hubungan-hubungan antar fakta yang muncul mengikuti
perjalanan NU dari waktu ke waktu, penelitian ini juga menghimpun informasi
tentang peristiwa-peristiwa sebelumnya, terutama untuk mengungkapkan fenomena
komunikasi politik NU pada masa-masa yang lalu. Sejak awal Orde Baru -- dan
bahkan sejak kelahirannya tahun 1926 -- NU selalu terlibat secara dinamis dalam
pergumulan politik Indonesia dengan argumentasi dan latar belakang yang
dipandangnya sesuai dengan peta sejarah pada masing-masing zamannya. Hal ini,
salah satunya, dapat dilukisjelaskan dengan menggunakan informasi masa lalu.
Sejalan dengan peristiwa-peristiwa yang dilaluinya, pendekatan politik juga
digunakan untuk melakukan telaah terhadap pertimbangan-pertimbangan kekuasaan
dalam kaitannya dengan eksistensi dan
peran partisipatif politik NU. Pendekatan ini dipandang perlu terutama untuk
melihat relasi-relasi kekuasaan yang diperankan NU dalam konteks kehidupan
politik secara nasional.
Penelitian
ini menggunakan bahan analisis dari fakta-fakta yang muncul dalam berbagai
peristiwa masa lalu, yaitu fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
dan berlangsung sejak tahun 1970-an. Untuk kepentingan ini, seperti disebutkan
di atas, digunakan pendekatan historik, dengan menyajikan fakta-fakta tersebut
secara deskriptif kronologis bersama-sama dengan fakta-fakta yang masih dan
sedang berlangsung saat ini, sehingga diperoleh gambaran secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan-hubungan
dialektis antar fenomena yang diselidiki. Sebab peristiwa masa kini pada
dasarnya memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dari peristiwa-peristiwa
sebelumnya.
Penelitian
ini juga berusaha menjelaskan hubungan kausalitas antara faktor-faktor yang
terlibat, seperti antara pandangan serta pola pembaruan pemikiran politik NU
dengan tingkah laku politik yang diperankannya; dan antara tuntutan kondisi
sosial politik dengan proses komunikasi politik yang dilakukannya. Karena itu,
penelitian ini menerangkan (eksplanasi) faktor-faktor tersebut dalam kaitannya
dengan tingkah laku komunikasi politik NU di tengah-tengah situasi sosial
politik Indonesia sejak kurun 1970-an, dengan dasar pemikiran bahwa pola
komunikasi politik yang diperankan NU merupakan hasil persentuhan antara
tuntutan situasional politik Indonesia dengan sikap dan produk pemikiran
politik yang dianut oleh para elit NU sebagai representasi jamaah dan
organisasi. Jadi, secara deskriptif penelitian ini menggambarkan atau
melukiskan secara sistematis dinamika komunikasi politik NU dengan menggali,
mengungkap, dan menjelaskan fenomena perubahan-perubahan (fluktuasi) tingkah
laku politik yang diperankannya.
Sumber
Data
Informasi
yang diperlukan untuk kepentingan penelitian ini diperoleh melalui dua sumber
utama, yaitu sumber-sumber dokumenter, termasuk bahan kepustakaan, dan sumber
lapangan. Sumber dokumenter dan bahan kepustakaan terutama diperlukan untuk
mengungkap fakta-fakta historis perjalanan NU yang dipandang memiliki hubungan
logis dengan fenomena terkini. Sedangkan lapangan merupakan sumber informasi
mengenai fakta-fakta yang hingga penelitian dilakukan masih berlangsung.
Meskipun demikian, kedua sumber itu bukan merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri, tetapi satu sama lain saling melengkapi. Di samping itu, sejumlah
hasil penelitian terdahulu yang relevan
dengan objek pokok yang sedang diteliti, juga menjadi bagian dari sumber
informasi yang penting dan tidak terpisahkan.
Di
lapangan ditemukan, berbagai telaah mengenai NU dengan perspektif yang
bervariasi telah banyak dilakukan sebelumnya. Hampir semua kajian tersebut
dilakukan dengan cara menelusuri perjalanan sejarah yang dilaluinya sejak masa
kelahirannya hingga saat kajian-kajian itu dilakukan. Hasil-hasil kajian ini
digunakan sebagai sumber informasi untuk memahami peta perjalanan sejarah yang
melatarbelakangi perilaku politik NU sejak kurun 1970-an. Hal ini didasarkan
atas satu teori bahwa sejarah berjalan secara kontinum, dan secara dialektis
melahirkan peristiwa-peristiwa sesuai dengan tuntutan zamannya. Melalui
pendekatan dialektika sejarah ini, perjalanan NU dilihat sebagai sesuatu yang
mapan, lalu mendapat reaksi sehingga melahirkan sintesa baru. Hal yang baru ini
kemudian menjadi mapan hingga pada akhirnya mendapat reaksi lagi, kemudian
melahirkan sintesa baru, dan demikian seterusnya. Selain digunakan sebagai
sumber informasi, kajian-kajian terdahulu juga diperlukan untuk
mempertimbangkan posisi orisinalitas penelitian ini terutama untuk menghindari
adanya duplikasi.
Dengan
mempertimbangkan rumusan masalah yang diteliti, sumber-sumber informasi
tersebut digunakan secara fleksibel sesuai dengan kepentingan masing-masing
bahasan. Ketika menelaah perilaku politik NU pada momentum fusi partai 1973,
misalnya, penelitian ini memusatkan perhatian utamanya pada bahan kepustakaan,
termasuk di dalamnya dokumentasi yang biasa menjadi salah satu sumber dalam studi
historis. Sedangkan sumber lapangan ditempatkan sebagai bahan informasi
pelengkap yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan nara sumber yang
dianggap memiliki kapasitas dalam bidang yang sedang diteliti. Sebaliknya,
ketika mengungkap partisipasi politik NU mulai akhir 1990-an, maka telaah
lapangan melalui observasi dan wawancara merupakan rujukan utamanya dengan
menempatkan kajian kepustakaan, seperti buku-buku, dokumen-dokumen, serta
tulisan-tulisan mengenai NU yang banyak tersebar di berbagai media, sebagai
rujukan sekundernya.
Penelitian Kepustakaan
Terdapat
banyak sumber data yang dapat digunakan untuk kepentingan penelitian
kepustakaan, baik sumber primer seperti dokumen-dokumen organisasi NU sendiri
maupun sumber sekunder seperti buku-buku mengenai NU yang ditulis oleh para
pengamat dan peneliti di luar NU sesuai dengan latar belakang akademiknya
masing-masing. Berkenaan dengan hal itu, diperoleh banyak tulisan yang bernilai
akademik mengenai NU, khususnya yang diangkat dari hasil penelitian untuk
tujuan penulisan disertasi. Fenomena NU dalam berbagai nuansa sosial politik
juga secara mencolok menghiasi berita-berita media cetak selama lebih dari satu
dasawarsa. Karena itu, berbagai tulisan yang tersebar di media massa, baik
dalam bentuk artikel, tajuk, berita investigasi dan interpretasi, berita
langsung ataupun dalam bentuk-bentuk tulisan lainnya, juga merupakan bagian
yang diteliti. Untuk memperkaya data dan informasi mengenai masalah yang
diteliti, dihimpun juga bahan-bahan dari berbagai sumber seperti paper-paper
dan makalah mengenai komunikasi politik, baik yang dipublikasikan melalui media
massa ataupun hanya sebatas bahan diskusi pada berbagai forum pengkajian.
Karena itu, alat utama penelitian yang digunakan untuk bahan kepustakaan ini adalah
dokumentasi dan literatur.
Jalannya penelitian kepustakaan ini ditempuh melalui dua
tahap. Pertama, tahap inventarisasi bahan penelitian dengan cara
menghimpun selengkap-lengkapnya (yang bisa juga sebanyak-banyaknya) bahan
informasi, baik yang ditulis oleh orang-orang NU sendiri maupun oleh
orang-orang di luar NU. Gagasan-gagasan serta isu-isu yang mengupas NU dalam
berbagai aspeknya diperoleh dari berbagai tulisan yang berbeda-beda, mulai dari
artikel-artikel umum hingga kajian panjang dengan tingkat sofistikasi analisis
yang bervariasi. Dan kedua, tahap pengelompokan, yakni tahap pemilihan
dan pemilahan informasi-informasi sesuai dengan kategorisasi yang dibutuhkan.
Di antaranya, informasi yang terkumpul kemudian dikelompokkan berdasarkan
batasan periodisasi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada rentang waktu
antara 1970-an sampai saat penelitian ini dilakukan.
Awal tahun 1970-an, dalam penelitian ini, dikategorikan
sebagai awal Orde Baru yang dalam konteks pembaruan pemikiran Islam ditandai dengan
mulai tumbuhnya kembali semangat pembaruan di kalangan umat Islam. Dari
berbagai bahan diperoleh indikasi bahwa NU ikut terlibat dalam dinamika
perubahan tersebut, paling tidak sebagai objek yang dibicarakan. Munculnya
kategorisasi pemikiran tradisional dan modernis, antara lain, merupakan produk
dinamika pemikiran pada periode tersebut. Demikian juga periode-periode
selanjutnya, pada umumnya, memiliki karakteristik peristiwa yang satu sama
lainnya berbeda. Termasuk fenomena keterlibatan NU dalam arus reformasi yang
meledak pada akhir 1990-an, yang secara dramartis telah merubah situasi politik
dari otoritarian kepada kebebasan yang bertumpu pada kekuatan aspirasi
masyarakat. Kebebasan pers, misalnya, berubah dengan sangat cepat baik pada
aspek kebebasan berpendapat maupun pada aspek kelenturan perangkat hukum yang
mengikat kehidupannya.
Penelitian Lapangan
Selain data kepustakaan, selanjutnya dilakukan pula
observasi dan wawancara terhadap sejumlah nara sumber yang, menurut
pertimbangan peneliti, memiliki kompetensi dalam masalah-masalah yang sedang
diteliti. Sejumlah informan yang dijadikan sumber informasi, antara lain
terdiri dari para kyai, pimpinan pesantren, pimpinan NU, baik tingkat nasional
maupun regional; wakil-wakil dan elit politik NU; para pakar dan pengamat NU,
dan sejumlah praktisi komunikasi politik, baik dari lingkungan NU sendiri
maupun dari luar organisasi NU. Beberapa tokoh yang diwawancarai, secara
proporsional dipilih dengan ciri-ciri spesifik sebagai sosok yang dalam
perjalanan sejarahnya memerankan posisi pemikiran dan partisipasi yang relatif
dominan.
Para tokoh
dan sumber lainnya ditentukan berdasarkan teknik “bola salju”, sehingga
diperoleh sejumlah sumber informasi yang secara empirik merupakan figur-figur
pembentuk opini publik berkenaan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan alat
yang digunakan adalah wawancara secara langsung dan mendalam (depth
interview) melalui penyampaian pertanyaan yang sifatnya terbuka. Penelitian
lapangan juga dilakukan melalui pengamatan langsung (direct observation)
di daerah-daerah tertentu yang secara empirik menunjukan basis komunitas NU.
Tahapan-tahapan Penelitian
Pada garis besarnya, tahapan-tahapan penelitian dengan
pendekatan kualitatif ini dilakukan dalam tiga tahapan seperti berikut:
1.
Tahap orientasi. Pada tahap
ini dihimpun data secara umum berkenaan dengan masalah yang diteliti. Ia
dilakukan melalui observasi dan wawancara secara umum dan terbuka sehingga
diperoleh informasi yang luas mengenai hal-hal yang umum tentang objek yang diteliti.
Tahap ini juga dilakukan dengan menelaah sejumlah bahan kepustakaan yang
diangap relevan. Kemudian informasi tersebut dianalisis untuk mendapatkan
hal-hal yang menonjol, menarik, penting, dan dianggap berguna untuk diteliti
lebih lanjut secara mendalam.
2.
Tahap eksplorasi. Sebagai
kelanjutan dari tahap orientasi, pada tahap ini fokus penelitian sudah lebih
jelas, sehingga dapat dihimpun data atau informasi yang lebih terarah dan
spesifik. Baik observasi maupun wawancara, pada tahap ini, dilakukan secara
lebih terstruktur dan mendalam sehingga diperoleh informasi yang lebih mendalam
dan bermakna.
3.
Tahap member check.
Pada tahap ini, semua informasi yang telah diperoleh baik melalui pengamatan
ataupun wawancara, dan yang sejak semula dianalisis, dituangkan ke dalam bentuk
laporan penelitian. Selanjutnya laporan itu dikonfirmasikan kepada responden
agar diperoleh hasil penelitian yang lebih dapat dipercaya. Pada tahap ini pula
dilakukan perbaikan-perbaikan atau pelurusan informasi yang menurut responden kurang
tepat.
Berkenaan
dengan pelaksanaan penelitian di lapangan, pada setiap tahapan di atas,
sesungguhnya juga terdapat tahapan-tahapan penelitian yang lebih rinci, tetapi
hal itu tidak diuraikan pada tahapan penelitian ini. Ia digunakan di lapangan
sebagai alat bantu dalam mengorganisasi penelitian. Dengan menggunakan unit
analisis para aktor politik, baik elit (pemimpin) politik maupun para aktivis
politiknya, setiap tahap yang dilaluinya diperkaya dengan berbagai informasi
yang relevan. Informasi tersebut diperoleh dari responden atau informan yang
diperoleh melalui metode bola salju (snowball method).
Teknik
Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara mendalam,
dan analisis dokumen (metode historis). Pengamatan berperan-serta atau pengamatan
terlibat dilakukan terhadap situasi sosial yang dominan melibatkan warga NU,
termasuk dunia pesantren yang menjadi basis tradisi NU. Pengamatan difokuskan
terhadap kultur komunikasi, pola-pola komunikasi politik, serta perilaku
politik yang diperankan individu ataupun kelompok dari komunitas nahdliyin.
Pengamatan ini dilakukan di beberapa wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur. Sementara wawancara mendalam dilakukan terhadap sumber informasi
yang dianggap memiliki kompetensi dalam masalah yang diteliti. Sedangkan
analisis dokumen dilakukan terhadap bahan-bahan literer serta dokumen-dokumen
NU. Sebagai alat konfirmasi, observasi juga dilakukan terhadap kegiatan nyata
organisasi NU berkaitan dengan masalah penelitian. Peristiwa-peristiwa penting
dan bersejarah yang dialami NU juga merupakan bagian penting dari proses
penelitian ini. Dari setiap observasi yang dilakukan, diamati dan dianalisis
makna-makna kultural dari setiap fenomena yang muncul melalui cara-cara
mengaitkan antara informasi dan konteks.
Komunitas
nahdliyin yang cenderung diwarnai oleh tradisi pesantren pada umumnya
memiliki sensitifitas yang tinggi, khususnya dalam ukuran nilai-nilai agama
yang dianutnya. Sensitifitas nilai-nilai ini juga semakin terasa ketika
dikaitkan dengan tema politik, yang ketika penelitian dilakukan tengah berada
dalam konteks politik yang langsung bersentuhan dengan NU. Karena itu, ia
sengaja dibiarkan secara alamiah (emik), tanpa adanya intervensi ataupun
perlakuan tertentu. Dari perilaku alamiah inilah diperoleh data dan informasi.
Sedangkan wawancara lebih menekankan pada pendalaman informasi dari apa yang
tampak dan mudah diobservasi. Metode ini dimungkinkan karena adanya peluang
untuk membatasi jumlah informan, tetapi tetap memelihara objektivitas ilmiah.
Bahkan dalam banyak kesempatan muncul pula sejumlah informan baru, terutama
sebagai akibat dari penggunaan pendekatan Snowball Sampling Technique.
Secara
teknis, pengumpulan data yang ditempuh dalam penelitian ini banyak menggunakan
informasi yang tersebar dalam media massa, baik cetak maupun elektronik. Secara
akademik, hal ini dapat dipertanggungjawabkan, sebab ia tidak digunakan sebagai
data final, tetapi lebih dilihat sebagai data mentah untuk digunakan sebagai
fakta atau informasi. Ia juga masih dilengkapi dengan data lain yang diperoleh
melalui wawancara mendalam, baik sebagai data primer maupun sebagai alat
konfirmasi. Untuk kepentingan analisis, fakta tersebut selanjutnya disusun
dalam proposisi yang dirumuskan oleh peneliti sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar